Kemosintesis
merupakan reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis adalah konversi
biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau metana),
senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan
oksidasi molekul anorganik (contohnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau
metana sebagai sumber energi. Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan
energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang
dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi. Organisme autotrof
yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof.
Menurut
Campbell et al. (2002), prokariota paling awal adalah organisme
kemoautotrof yang mendapatkan energi dari bahan kimia anorganik dan
menghasilkan energinya sendiri dan bukannya menyerap ATP. Hal ini disebabkan
Hidrogen sulfide (H2S) dan senyawa besi (Fe2+) sangat
berlimpah di bumi purbakala, dan sel-sel primitive kemungkinan mendapatkan
energi dari reaksi melibatkan senyawa tersebut. Beberapa arkhaea modern saat
ini dapat bertahan hidup pada sumber mata air panas yang mengandung sulfur dan
melakukan reaksi kimia yang membebaskan energi.
FeS + H2 S ® FeS2
+ H2 + energi bebas
Protein
membrane pada prokariota awal kemungkinan menggunakan sebagian energi bebas
yang dihasilkan untuk memecahkan produk H2 menjadi proton dan
electron serta menghasilkan suatu gradient proton sepanjang membrane plasmanya.
Dalam bentuk primitive kemiosmosis, gradient tersebut kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya sintesis ATP.
Campbell et
al. (2002), melaporkan percobaan yang dilakukan oleh Van Niel pada tahun
1930-an untuk mengamati proses fotosintesis pada bakteri yang membuat
karbohidratnya dari CO2 tetapi tidak melepaskan O2, menyimpulkan
bahwa pada bakteri tersebut CO2 tidak terurai menjadi karbon dan
oksigen. Satu kelompok bakteri menggunakan hydrogen sulfide (H2S)
dan bukannya air untuk fotosintesis, dan menghasilkan titik sulfur (belerang)
warna kuning sebagai produk limbah dengan persamaan kimianya:
CO2 + 2H2S
® CH2O + H2O + 2S
Kemampuan
melakukan kemosintesis hanya dimiliki oleh beberapa jenis mikroorganisme,
misalnya bakteri belerang nonfotosintetik (Thiobacillus) dan bakteri
nitrogen (Nitrosomonas dan Nitrosococcus). Banyak mikroorganisme
di daerah laut dalam menggunakan kemosintesis untuk memproduksi biomassa dari
satu molekul karbon. Dua kategori dapat dibedakan. Pertama, di tempat yang
jarang tersedia molekul hidrogen, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2
dan H2 (yang mengawali produksi metana, CH4) dapat
menjadi cukup besar untuk menjalankan produksi biomassa.
Kemungkinan
lain, dalam banyak lingkungan laut, energi untuk kemosintesis didapat dari
reaksi antara O2 dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia.
Pada kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang
berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan
(Isnan, 2007).
Bakteri
nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh
energi hasil dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan
CO2 dan membentuk amonium karbonat ((NH4)2CO3).
(NH4)2CO3
+ O2 ® 2 HNO2 + CO2
+ Energi
Jenis
bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain Nitrobacter.
Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya adalah
senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk menyintesis
senyawa organik.
Ca(NO2)2 + O2
® Ca(NO3)2 +
Energi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar