Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi dirayakan setiap tahun
Baru Caka (pergantian tahun Caka). Yaitu pada hari Tilem Kesanga (IX)
yang merupakan hari pesucian Dewa-Dewa yang berada di pusat samudera
yang membawa inti sarining air hidup (Tirtha Amertha Kamandalu). Untuk
itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap Dewa-Dewa tersebut.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah
memohon kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, untuk menyucikan Bhuwana Alit
(alam manusia) dan Bhuwana Agung (alam semesta). Rangkaian perayaan Hari
Raya Nyepi adalah sebagai berikut :
1. Tawur (Pecaruan), Pengrupukan, dan Melasti.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada
"panglong ping 14 sasih kesanga" umat Hindu melaksanakan upacara Butha
Yadnya di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing, dengan
mengambil salahg satu dari jenis-jenis "Caru" menurut kemampuannya.
Bhuta Yadnya itu masing-masing bernama; Panca Sata (kecil), Panca Sanak
(sedang), dan Tawur Agung (besar).
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan
penyucian/pemarisudha Bhuta Kala, dan segala 'leteh' (kotor), semoga
sirna semuanya.
Caru yang dilaksanakan di rumah
masing-masing terdiri dari; nasi manca warna (lima warna) berjumlah 9
tanding/paket, lauk pauknya ayam brumbun (berwarna-warni) disertai
tetabuhan arak/tuak. Bhuta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja,
Bhuta Kala dan Bhatara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak
mengganggu umat.
Setalah mecaru dilanjutkan dengan
upacara pengerupukan, yaitu : menyebar-nyebar nasi tawur,
mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan
pekarangan dengan mesui, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya
kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk
mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan
sekitar.
Khusus di Bali, pada pengrupukan ini
biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan
Bhuta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar.
Tujuannya sama yaitu mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar.
Selanjutnya dilakukan Melasti yaitu
menghanyutkan segala leteh (kotor) ke laut, serta menyucikan "pretima".
DIlakukan di laut, karena laut (segara) dianggap sebagai sumber Tirtha
Amertha (Dewa Ruci, dan Pemuteran Mandaragiri). Selambat-lambatnya pada
Tilem sore, pelelastian sudah selesai.
2. Nyepi
Keesoka harinya, yaitu pada "panglong
ping 15" (Tilem Kesanga), tibalah Hari Raya Nyepi. Pada hari ini
dilakukan puasa/peberatan Nyepi yang disebut Catur Beratha Penyepian dan
terdiri dari; amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau
menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak
bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Beratha
ini dilakukan sejak sebelum matahari terbit.
Menurut umat Hindu, segala hal yang
bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambang gelap. Misalnya
seorang bayi yang akan beralih menjadi anak-anak (1 oton/6 bulan),
lambang ini diwujudkan dengan 'matekep guwungan' (ditutup sangkat ayam).
Wanita yang beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa (Ngeraja Sewala),
upacaranya didahului dengan ngekep (dipingit).
Demikianlah untuk masa baru, ditempuh
secara baru lahir, yaitu benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru
yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam caka/tahun barupun, dasar
ini dipergunakan, sehingga ada masa amati geni.
Yang lebih penting dari dari pada
perlambang-perlambang lahir itu (amati geni), sesuai dengan Lontar
Sundari Gama adalah memutihbersihkan hati sanubari, dan itu merupakan
keharusan bagi umat Hindu.
Tiap orang berilmu (sang wruhing tatwa
dnjana) melaksanakan; Bharata (pengekangan hawa nafsu), yoga (
menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan
menderita), dan samadhi (menunggal kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi),
yang bertujuan kesucian lahir bathin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat
Hindu, sehingga akan mempunyai kesiapan bathin untuk menghadapi setiap
tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan Hari Raya
dengan berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan
yang keliru dan mesti dirubah.
3. Ngembak Geni (Ngembak Api)
Terakhir dari perayaan Hari Raya Nyepi
adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada tangal ping pisan (1) sasih
kedasa (X). Pada hari Inilah tahun baru Caka tersebut dimulai. Umat
Hindu bersilahturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf
memaafkan (ksama), satu sama lain.
Dengan suasana baru, kehidupan baru akan
dimulai dengan hati putih bersih. Jadi kalau tahun masehi berakhir tiap
tanggal 31 Desember dan tahun barunya dimulai 1 Januari, maka tahun
Caka berakhir pada panglong ping limolas (15) sasih kedasa (X), dan
tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar